Blogger Templates

novel fatal frame chapter 3

Re: [Translation]FATAL FRAME - Hinasaki Mafuyu

Hinasaki Miku
17 tahun.
Memiliki kekuatan spiritual yang kuat, yang merupakan kekuatan turun-temurun di keluarga Hinasaki, sehingga memungkinkannya melihat hal-hal yang seharusnya tidak terlihat. Ia hidup seperti gadis remaja biasa, tetapi di lubuk hatinya menyimpan perasaan takut dan tidak pernah membuka hati sepenuhnya, kecuali kepada kakaknya.
Hinasaki Mafuyu
21 tahun, Jurnalis.
Kakak kandung Miku. Satu-satunya orang yang tahu mengenai kekuatan Miku. Satu-satunya keluarga bagi Miku yang telah ditinggal mati oleh kedua orangtuanya.

Aku merinding membacanya.

Ini benar-benar kondisi kami berdua.

Tapi, ada yang aneh.

Kami tidak pernah sekalipun membicarakan kekuatan kami pada orang lain. Dan, ya, tentu saja, kami menyembunyikan fakta bahwa keluarga Hinasaki adalah keluarga memiliki kekuatan spiritual yang kuat.

“Kebetulan yang luar biasa.” komentar Pak Ioka. Pak Shibaguchi mengangguk dan melanjutkan,

“Memang aneh. Saya memang penulis ceritanya, tapi saya berani jamin bahwa semua karakter yang ada disini adalah murni ciptaan Saya sendiri. Dan Saya baru sekali ini bertemu dengan Hinasaki-san, jadi, maaf saja, baru kali ini juga mendengar namanya.”

Dia tidak terdengar seperti orang yang sedang bohong.

Aku sendiri juga menganggap, kalau hanya wajahku saja, mungkin dia pernah melihat aku atau fotoku entah dimana kemudian dijadikan model. Tapi, bagaimana dengan Miku?

Apa memang pernah terlihat juga, atau mungkin kebetulan memang ada orang yang mirip dengan dia kemudian dijadikan model?

Yang lebih penting lagi, kenapa rahasia kami berdua, kekuatan spiritual itu bisa ketahuan juga? Apa ini masih bisa disebut kebetulan?
Seolah meledekku, tiba-tiba aku kembali melihat hal yang mengejutkan di data karakter NPC (Non Play Character) yang ada di bawah keterangan karakter utama.

Takamine Junsei.
42 tahun, pengarang novel misteri.
Seorang pengarang terkenal yang karya-karyanya mencapai best seller. Selain misteri, juga mengarang novel non-fiksi. Berkenalan dengan Mafuyu saat tengah mencari bahan untuk pembuatan novelnya, dan sejak saat itu sering membantu agar Mafuyu mendapat pekerjaan.

Hirasaka Tomoe
28 tahun. Asisten Takamine
Memilih untuk menjadi asisten Takamine, dan belajar menulis novel di bawah bimbingannya.

Takamine Sensei adalah orang terkenal yang sering muncul di televisi atau media cetak. Masuk akal kalau beliau juga jadi model untuk karakter game ini. Hirasaka-san juga, pasti pernah muncul di majalah paling tidak.

Tapi, kalau memang beliau dipakai juga untuk model, kenapa sampai hubungan kami juga digambarkan begitu persisnya?

Sekonyong-konyong aku mendapat mulai mendapat gambaran apa yang sedang terjadi.

“Ini ide dari Takamine Sensei, ya?”

“Eh? Maksud Anda?...” Pak Shibaguchi tidak mengerti.

“Ide naskah cerita game ini. Ide awalnya dari Takamine Sensei, kan? Tugas ini diserahkan pada Saya juga karena rekomendasi beliau, bukan?” aku bertanya pada Pak Ioka.

Itu satu-satunya penjelasan paling masuk akal.

Karena aku pernah menyinggung kalau adikku punya kekuatan spiritual yang kuat pada Takamine Sensei.

Tidak salah lagi.

Hanya beliaulah orang luar yang tahu sampai sedetil ini tentang kami bersaudara.

Tapi, kalau memang begitu, aku harus protes keras untuk satu hal.

Aku sudah berkata, dan bahkan memohon pada beliau untuk merahasiakan tentang kami. Terutama tentang Miku yang kekuatannya jauh di atasku.

Dan sekarang, cerita itu hendak dijadikan ide cerita game.....

Aku merasa agak marah.

Walaupun beliau naik sekali padaku dan sering membantuku dalam mencarikan pekerjaan, ini sih namanya pelanggaran privasi orang lain.
Paling tidak, samarkanlah nama dan kondisi kehidupan sehari-hari kami.

Itukah sebabnya Sensei meminta Pak Ioka untuk menawarkan pekerjaan ini kepadaku? Jadi, pertemuan kami di kereta tadi bukanlah kebetulan?
Beliau mengetahui waktu dan tempat pertemuanku, kemudian menunggu, ingin bertemu denganku?

“Bagaimanpun juga, menurut saya ini melanggar privasi orang lain.” ucapku sambil berusaha menahan amarah.

“Tunggu dulu!! Kami benar-benar tidak tahu apa-apa. Ini kebetulan!” ujar Pak Shibaguchi cepat-cepat. Dia menatap Pak Kitaike untuk minta dukungan.

“Tentu saja.” jawab Pak Kitaike tenang.

Bagiku, sikapnya yang tenang itu malah menambah kekesalanku. “Kalian merencanakan ini dengan Takamine Sensei, bukan? Saya bertemu dengannya di kereta tadi.”

“Maaf, tapi siapa Takamine Sensei yang Anda maksud itu?” Pak Kitaike bertanya padaku dengan wajah serius.

“Eh?..Siapa...” aku tak melanjutkan ucapanku.

Walaupun dia orang yang kerjanya berkecimpung di dunia game, mana mungkin dia tidak mengenal Takamine Junsei? Apalagi mereka juga memakai beliau dan Hirasaka-san di dalam game ini. Wajah polygon mereka juga sama persis dengan aslinya.

Aku menatap Pak Ioka dengan kebingungan luar biasa. Tapi bukan dukungan yang kuperoleh, dia malah balik bertanya,

“Tokoh Takamine Junsei ini....ada model aslinya?”

“Pak Ioka!?”

Apa-apaan ini? Kalau hanya Takamine Sensei tak ada hubungannya dengan diberikannya pekerjaan ini padaku, masih mending. Tapi kalau melihat gelagat Pak Ioka, sepertinya orang bernama Takamine Junsei itu tidak pernah eksis.

Aku bingung. Sangat bingung.
Pak Ioka sepertinya melihat gelagat itu, sehingga dia langsung bertanya pada ketiga orang itu,

“Apakah Takamine Junsei ini menggunakan model orang yang benar-benar ada?” dia menatap Tsukihara-san, Pak Kitaike dan Pak Shibaguchi bergantian.

Mereka bertiga diam sejenak, kemudian Pak Shibaguchi memecahkan keheningan yang mencekam itu,

“Itu sama sekali tidak mungkin. Saya sudah bilang, bukan? Semua tokoh yang ada disini murni ciptaan Saya.”

“Ti...Tidak mungkin Anda sekalian tidak mengenal Takamine Sensei. Takamine Junsei, pengarang novel terkenal yang karyanya selalu menjadi best seller. Jika bukan begitu, bagaimana mungkin Saya bisa...menjadi karakter di game hingga sedetil ini?”

“Saya juga kaget. Jika Saya mengenal Anda, tidak mungkin Saya mentah-mentah meniru seperti ini. Pasti paling tidak akan Saya ubah wajah dan latar belakang kehidupannya.” ujar Pak Shibaguchi. Pak Kitaike kemudian menimpali,

“Itu benar. Kami sama sekali tidak mengetahui tentang Anda sebelum ini. Selain itu, Takamine Junsei juga hanyalah tokoh fiktif belaka. Kami tidak menggunakan model apapun untuk itu.”

Entah kenapa, dia terlihat begitu tenang saat mengatakan itu. Berbeda dengan Pak Shibaguchi, sepertinya dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi ini. Apa orang-orang yang berprofesi sebagai produser game itu memang seperti ini, ya?

“Jadi, menurut Anda, ini semua hanyalah fiksi belaka,begitu?...”

Suaraku bergetar karena amarah, aku tahu itu. Apa boleh buat. Aku tak mampu bermanis-manis menahannya lagi.

“Hinasaki-san, tolong tenang dahulu. Saya yakin ini hanya kebetulan. Apalagi selain itu? Kalau kami tahu bahwa karakter di game ini ternyata sebegitu miripnya dengan Anda, kami pasti akan memberitahukannya dahulu sewaktu mengontak Anda untuk menawarkan pekerjaan ini.”

“Lalu, bagaimana dengan Takamine Sensei?”

“Makanya, Saya bahkan tidak tahu ada pengarang novel bernama Takamine.” Pak Ioka berkata dengan serius.

Aneh!

Amarahku seperti tertelan oleh sesuatu yang kelam, dan berganti dengan perasaan was-was. Kalaupun ini semua cuma akal-akalan untuk mengerjaiku, untuk apa?

“Maaf...Apa ada komputer yang bisa akses ke internet?” tanyaku akhirnya.

“Apa yang hendak Anda lakukan?” Pak Ioka kelihatan khawatir.

“Mencari data mengenai Takamine Sensei. Dengan begitu semua akan jelas.”

“Tapi....walaupun begitu juga.....” sebelum Pak Ioka selesai berkata, Pak Kitaike memotong,

“Tidak apa-apa, kan? Silakan.”

Tsukihara-san segera pergi dan mengambil sebuah mobile persocon. Setelah internet mulai terkoneksi, aku masuk ke websearch, mengetikkan [Takamine Junsei], kemudian menekan enter. Takamine Sensei orang terkenal, jadi pasti banyak website yang menyebut nama beliau.

Betapa kagetnya aku ketika hasilnya ternyata justru kebalikannya.

Layar malah menunjukkan tulisan
HASIL: 0

Aku tidak mau menyerah dan mencoba memasukkan nama [Hirasaka Tomoe]. Karena namanya lebih umum, kali ini ada hasilnya. Tetapi, bukan mengenai Hirasaka-san yang kukenal. Aku mencoba sekali lagi, setelah memastikan dulu apa nama yang kuketik benar, tapi hasilnya tetap saja nihil.

Aku mencoba akses ke websearch lainnya, tapi tetap saja tidak ada hasil. Bahkan saat aku mencoba akses ke webstore pun, tidak ada satu pun karya Takamine Junsei disana.

“Tidak mungkin.....”

Aku mengecek daftar terbitan buku-buku, baik yang terbaru maupun yang lama. Karya-karya Takamine Sensei menghilang bagaikan ditelan bumi.
Ini seperti.....orang bernama Takamine Junsei tidak pernah eksis di dunia ini.

“Ini tidak mungkin....Pak Ioka...Tidak mungkin Anda tidak mengenal Takamine Sensei. Beliau yang mengenalkan Anda kepada Saya, bukan?!” aku menatap Pak Ioka dengan ekspresi nyaris putus asa. Tapi, Pak Ioka tetap dengan ekspresinya semula, ekspresi tidak mengerti apa-apa.

Pandangan mataku rasanya jadi gelap.

“Saya bertemu beliau di kereta tadi. Hirasaka-san juga bersama Beliau. Betul!”

Aku tidak bohong....Percayalah....

Aku menatap para game maker itu sambil terus berdoa seperti itu di dalam hati.

“Hinasaki-san, apa Anda punya alamat atau nomor telepon Takamine Sensei yang Anda maksud itu?” Pak Kitaike bertanya dengan tenang.

Oh, ya! Itu bisa dicoba juga!

Aku mengambil HP dari dalam tas dan memeriksa phonebooknya. Aku mencatat nomor telepon tempat kerja dan kediaman Takamine Sensei disana. Sekalian dengan nomor telepon rumah Hirasaka-san juga.

Aku yakin telah mencatatnya, tapi, dicari bagaimanapun juga, nomor-nomor itu tidak ada sama sekali di HPku.

Aku kembali membongkar tasku dan mengambil buku alamat yang biasa kubawa-bawa. Tapi, hasilnya sama saja.

0 komentar:

Posting Komentar