Blogger Templates

novel fatal frame chapter 5

Re: [Translation]FATAL FRAME - Hinasaki Mafuyu

Aku pulang dengan jantung berdetak tak karuan.

Begitu tiba di depan rumah, aku menarik nafas panjang.

Tapi disana, aku langsung menyadari adanya keanehan.

Di depan pintu seharusnya tergantung papan nama keluarga yang ditulis Miku dengan pena, bertuliskan nama kami berdua, ‘Hinasaki Mafuyu-Miku’

Tapi, yang kuhadapi adalah papan nama dengan tulisan tanganku, bertuliskan ‘Hinasaki’ saja.

Dadaku terasa sesak. Aku rasanya mau pingsan. Dengan langkah sempoyongan aku memasuki kamar apartemenku.

Kamar yang biasanya bersih dan senantiasa dirapikan oleh Miku, sekarang penuh sampah dan sisa-sisa makanan. Khas kamar yang ditinggali seorang bujangan.

Tidak ada tanda-tanda Miku pernah tinggal disini.

Mug cup kesayangan Miku, sikat gigi, pakaian, meja belajar...Semuanya menghilang.
Tidak...lebih tepat dikatakan, seolah-olah sejak awal memang tidak ada. Hanya barang-barangku yang ada di kamar ini.

Aku harus membicarakan ini pada seseorang.

Tapi aku langsung menyadari itu percuma, karena aku tidak punya orang yang bisa diajak bicara dengan tenang. Apalagi untuk urusan seperti ini.
Kami bersaudara selalu berusaha menjaga jarak dengan orang lain. Sifat kami yang agak tertutup itu memang sama, tapi ada hal lain yang menyebabkan kami bersikap begitu.

Kekuatan kami.

Kami tidak ingin kekuatan spiritual kami menimbulkan salah paham dan masalah.

Aku memang memilikinya, tapi Miku sepertinya mewarisi kekuatan itu lebih banyak dan lebih kuat daripada diriku.

Kekuatan ini adalah ‘warisan’ dari ibu kami yang telah meninggal dunia.

Meninggal dunia.....

Tidak.....

Dia bunuh diri.....

Ibu lelah dengan kekuatan yang dimilikinya. Penderitaannya bertambah setelah mengetahui aku dan Miku juga mewarisi kekuatan itu. Dia memilih menghabisi dirinya sendiri dalam keadaan agak kurang waras.

Aku tidak pernah membencinya karena telah meninggalkan kami begitu saja.

Aku merasa, apa boleh buat. Mungkin ini yang terbaik baginya. Bahwa Ibu bisa bertahan sampai sebegitu lamanya saja sudah merupakan keajaiban tersendiri.

Aku tidak pernah memastikannya, tapi kurasa Miku pun berpikir demikian.

Apalagi kami sadar betul, alasan terbesar Ibu bunuh diri adalah keberadaan kami berdua.

Tentu saja kami tidak pernah membicarakannya pada orang lain.

Bagi anak-anak seumuran Miku, memiliki kekuatan spiritual yang tinggi mungkin bisa dibilang merupakan suatu impian. Tapi itu karena mereka tidak tahu beban yang harus ditanggung karena memiliki kekuatan semacam itu.

Mereka tidak tahu bagaimana menakutkan dan menyesakkannya melihat atau merasakan sesuatu yang sama sekali tidak bisa dilihat oleh orang biasa.

Yang lebih menyakitkan, tidak ada yang mampu memahami atau bahkan membayangkan bagaimana perasaan orang yang memiliki kekuatan seperti itu.

Padangan sinis orang-orang, tatapan yang seolah mengatakan kami bukanlah manusia, lalu akhirnya tidak sudi lagi melihat kami......seperti itulah dunia yang harus kami hadapi.

Untungnya, aku dan Miku tidak sampai ke tahap separah itu.

Aku mengetahui ini semua dari Ibu, yang tak pernah berhenti menceritakan hal-hal semacam itu.

Ya....

Semua yang dialaminya semasa muda......

Hingga saat ini, aku masih bisa mengingat dengan jelas wajah Miku, yang berurai air mata setiap kali mendengar cerita Ibu.

Mungkin karena itulah, pada waktu Ibu meninggal dunia, kami berdua merasa lega dibalik kesedihan kami.

Karena dengan begini, Ibu akhirnya bisa beristirahat dalam kedamaian....

Itu jugalah latar belakang kebiasaan kami berdua yang senantiasa menjaga jarak dengan orang lain.
Dan juga alasan Miku mempercayaiku lebih dari siapapun....

Tapi apa yang kulakukan?

Aku malah menghindarinya.

Aku takut.

Miku merana karena kekuatannya. Sedangkan aku....aku merana karena tidak tahu apa yang bisa kulakukan untuknya.....
Dia membutuhkanku, tapi aku tidak mampu membantunya, dan akhirnya malah menjaga jarak dengannya....Padahal.....dia pasti juga menderita dan kesepian seperti diriku....

Mendadak kejadian tadi siang terlintas di benakku.

Miku melarangku pergi ke tempat pertemuan.

Dia pasti telah merasakan bahwa akan terjadi persitiwa seperti ini.

Kalau saja waktu itu aku menuruti kata-katanya.......hal ini tidak perlu terjadi....

Tapi aku langsung menepis pikiran itu.

Walaupun aku tidak pergi, entah kenapa, aku merasa, suatu saat pasti akan ada kejadian macam ini.

Karena walaupun aku tidak pergi, game berjudul ‘Zero’ dimana ada tokoh yang persis sama dengan aku dan Miku tetap ada. Dan tetap akan diluncurkan ke publik tanpa sepengetahuan kami.

Dan cepat atau lambat, berita itu pasti akan sampai ke telinga kami, membuat kami terlibat di dalamnya. Itu pasti.

Apalagi, yang muncul di game itu bukan cuma kami berdua. Ada juga Takamine Sensei dan Hirasaka-san.

Takamine Sensei?

Begitu teringat nama beliau, aku langsung memeriksa rak bukuku. Aku yakin betul disana ada beberapa buah buku karangan beliau.
Tapi, saat aku melihatnya, di tempat yang harusnya ada buku-buku itu, ada buku karangan pengarang lain. Tentu saja, buku-buku itu memang milikku juga, tapi letak mereka berbeda dengan yang selama ini kutahu.

Walaupun tahu sia-sia saja, aku membongkar rak buku itu dan mencari-cari novel karangan Takamine Sensei.

Ini semua tidak masuk akal.

Maksudku, apa mungkin seorang pengarang novel best seller menghilang begitu saja tanpa jejak sama sekali?
Tapi, pikiran itu tidak bertahan lama.

Kekuatan spiritualku yang bereaksi ini adalah buktinya. Aku tertawa pahit dan mulai mengembalikan buku-buku yang kuacak-acak ke tempatnya semula. Saat akan memasukkan buku terakhir, aku menyadari buku itu adalah daftar nama dan alamat para pengarang terkenal yang diterbitkan oleh asosiasi pengarang.

Orang awam sepertiku sebenarnya tidak boleh memiliki ini sembarangan, tetapi berkat Takamine Sensei, yang meminta secara diam-diam pada orang asosiasi, aku memperolehnya pada salah satu pesta yang diadakan beliau.

Aku membolak-balik buku itu, dan dengan kecewa menyadari bahwa nama Takamine Junsei, yang seharusnya tertera disana sebagai salah satu novelis terkenal, hilang begitu saja. Sama seperti yang terjadi di buku alamatku. Hilang, seolah-olah tidak pernah tercantum disana.

Aku terduduk dengan lemas.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Kehilangan semua harapan, aku mulai diserang perasaan kesepian yang amat sangat.

Hingga saat ini, aku memiliki Miku di sisiku.

Aku tahu dia kesepian, tapi, bukannya menemani dan menyembuhkan kesedihannya, aku malah menganggap dirinya sebagai tempat pelarian, dengan berpikir, ‘Untunglah aku tidak seperti dia.’

Air mataku mulai menetes memikirkan hal itu.

Untuk pertama kalinya, aku mulai bisa merasakan kesepian yang selama ini dialami Miku.

Dia menderita akibat kekuatan itu. Satu-satunya orang yang mengerti itu hanya aku, tapi aku malah menghindarinya.

Betapa kesepiannya dia selama ini....

Betapa merananya dia seorang diri menahan segala penderitaannya...

Dadaku sesak memikirkan bagaimana perasaan Miku selama ini.

Untuk pertama kalinya aku mengerti apa yang dia rasakan....pada saat dia menghilang dari hadapanku.....

“Tidak! Miku tidak mungkin hilang begitu saja!” teriakku tiba-tiba.

Miku tidak menghilang! Aku pasti akan menemukannya dan membawanya kembali.

Kalau aku terus-terusan begini, membiarkan Miku begitu saja dan tidak melakukan apa-apa sama sekali, aku pasti akan menyesal seumur hidup.
Aku pasti akan menyelamatkannya!
Hanya aku, Kakaknya-lah yang bisa melakukan itu.

Aku menggeretakkan gigiku dan mulai berpikir keras mencari cara untuk menyelamatkannya.

Sebuah ide langsung terlintas di kepalaku.

Game ‘Zero’ itu.

Game itu adalah sebab musabab semua masalah aneh bin ajaib ini.

Aku berdiri dan buru-buru mengambil tas yang tadi kulempar begitu saja di depan pintu, kemudian mengeluarkan DVD game itu.
Aku menghidupkan TV 14 inchiku, kemudian mengaktifkan Playstation 2 yang sudah tersambung dengan TV.
Dengan berdebar-debar, aku memulai permainanku.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

permisi.. :)
maaf, kamu dapet cerita ini dari mana ya? Aku pernah baca juga, tapi waktu itu masih chapter 2 tapi ceritanya sudah melebihi yang kamu posting. (aku gak bermaksud apa-apa loo..) ^__^ aku cuma pengen tanya aja, soalnya aku penasaran banget sama cerita ini. hehehe.. :) masih ada terusannya atau enggak trus siapa yang bikin. Makasih..

Anonim mengatakan...

permisii... Ruri-san.. Anda dapat novelnya dari mana? boleh aku minta linknya. anda katakan ceritanya melebihi di blog ini..
masih ada gak ya novel aslinya?? aku juga dapa info novel ini diterbitkan terbatas pada tahun 2000 silam..
Sankyuu..

Anonim mengatakan...

permisii lagi.. hehe
Aku nggak nemu novelnya, cuma ketemu di website manaaaa gitu,
Tapi ceritanya masih nanggung bgt!! >____< mau cari terusannya, tapi nggak nemu-nemu.. :'(

oooh, kalau diterbitkan terbatas (kenapa terbatas sih?? =,=) mungkin sudah nggak di cetak lagi.. :'(

ini ceritanya yang aku copy-paste ke word(didownload dulu yaa )
http://www.mediafire.com/?w4pbind3fnw2096

Posting Komentar